Masyarakat Alas Orang_Batak_Alas

Rumah tradisional masyarakat Alas.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Muliadi Imami 2015 dalam disertasinya yang berjudul Perbedaan Perilaku Altruisme dalam Kalangan empat suku utama di Aceh Tenggara, ia menemukan beberapa ciri khas budaya menolong masyarakat Alas.

Bidang sosial ekonomi

Bagi salah seorang dari suku Alas yang baru membentuk rumah tangga, secara adat akan dibantu orang tua dari pihak laki-laki dan orang tua di pihak perempuan. Orang tuanya akan memberikan bantuan secara percuma sesuai dengan kemampuannya. Budaya memberi bantuan untuk pengantin dalam suku Alas dikenal dengan berbagai istilah yaitu: (1) Jawè, artinya pisah rumah. Pengantin yang dianggap telah cukup masa tinggal di rumah Ibu ayahnya (orang tua pengantin laki-laki) harus membentuk rumah tangga yang baik dengan tinggal di rumah lain. Sebagai modal awal, ibu ayahnya akan memberikan modal usaha dan beberapa peralatan yang diperlukan. Pemberian modal ini biasanya disimbolkan dengan pemberian beras satu bambu, air satu teko, ayam satu pasang, peralatan makan seadanya. Ini menunjukkan bahwa orang tuanya mendidiknya untuk mandiri. Adapun beras dan air sebagai simbol makanan pokok. Ayam sepasang sebagai modal usaha dalam peternakan, dan piring, gelas serta peralatan dapur seadanya untuk memasak makanan. Pemberian ini dimaksudkan sebagai modal awal dalam memulai kehidupan yang baru dan selanjutnya harus berusaha mandiri “berdiri di atas kakinya sendiri”.(2) Pesula’i, bermaksud memberikan ‘hadiah’ sebagai cikal bakal atau modal dalam memulai kehidupan yang baru. Pesula’i adalah pemberian dari orang tua pengantin perempuan kepada anaknya dengan maksud membantunya dalam menempuh hidup baru. Budaya ini menandakan bahwa ini adalah pemberian yang terakhir dari mereka untuk anaknya, karena selanjutnya ia akan menjadi tanggungjawab suaminya. Barang-barang yang biasanya diberikan adalah perhiasan dari emas dan alat-alat rumah tangga yang diperlukan.

Bidang pertanian

Pada bidang pertanian ada beberapa istilah tolong menolong yang dilakukan. (1) Budaya Peleng Akhi, Budaya ini mempunyai arti ‘bergiliran’. Maksudnya, bekerja sama dalam melakukan pekerjaan di bidang pertanian dengan cara bergiliran. Orang yang telah dibantu pekerjaannya oleh orang lain diwajibkan untuk menggantinya dengan bekerja di lahan pertanian orang tersebut di lain waktu (2) Nempuhi, Artinya membantu orang lain dalam hal bertani tanpa mengharapkan ganjaran dari pekerjaan itu. Budaya ini biasanya dilakukan kepada orang yang dihormati seperti guru atau pemimpin kampung, serta orang yang mempunyai kelemahan secara fisik. Perilaku ini dimaksudkan agar guru atau pemimpin dapat melakukan tugasnya dengan baik dalam mendidik atau memimpin masyarakat.Khusus untuk membantu guru biasa disebut dengan istilah nempuhi gukhu. Pada kegiatan nempuhi ini biasanya mereka membawa makanan sendiri sebagai tanda keikhlasan dalam membantu. Sebaliknya, bila yang dibantu itu guru atau pemimpin, mereka mempunyai kesadaran untuk menyediakan makanan dan minuman kepada para pekerja tersebut sebagai bentuk penghargaan dan terimakasih.